23 Jan 2012

Sebuah Cerita dari Jalaluddin Rumi



 بسم الله الرحمن الرحيم

Dulu, ada seorang yg amat kehausan. Ia berada di sebuah puncak benteng yg amat tinggi. Dibawah benteng itu mengalir sungai jernih. Ia sangat ingin memperoleh air itu, tetapi benteng itu menghalanginya sampai ke tempat air mengalir. Kemudian, dengan tenaga yg tersisa, ia menjatuhkan batu bata dari benteng itu satu persatu. Batu yg jatuh ke dalam sungai menimbulkan suara gemericik air. Entah bagaimana, orang yang kehausan itu mendengar suara air gemeridik itu sebagai suara yg amat indah. Lebih dari kabar gembira yg disampaikan kpd seorang napi yg dibebaskan. Lebih indah dari kabar yg disampaikan kpd orang-orang yg menunggu berita sekian lama. Makin indah dia mendengar suara gemericik itu, semakin sering dia menjatuhkan batu bata. Akhirnya, air sungai yg di bawah itu berkata “Hai manusia,
mengapa Engkau jatuhkan batu-bata itu ?”, orang haus itu menjawab, “aku menjatuhkan batu bata itu karena dua kepentingan. Pertama, karena aku menikmati suara gemericik air yg ditimpa batu bata, kedua, karena dengan meruntuhkan batu bata itu, makin lama aku makin dekat dengan pusat air itu”.

Dengan cerita itu, sebetulnya Rumi ingin mengajarkan kepada kita bahwa air mencerminkan kesucian Allah SWT, dan orang hanya bisa merindukan Allah dengan merobohkan batu bata hawa nafsunya satu demi satu. Makin sering dia merobohkan hawa nafsu, makin tampak keindahan Allah, makin besar kerinduannya kepada-Nya dan makin dekat dia di sisi-Nya.

Kita harus berusaha untuk dapat menaklukan hawa nafsu kita sendiri dengan menggunakan akal sehat yg telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Insya Allah, kita mampu menjadi pribadi yang seutuhnya dengan berpegang teguh pada kekuatan Tuhan [quwwatun Rabbaniyyah], cahaya Allah yg ada di dalam diri kita.